Penyejuk Hati on Facebook

Jumat, 13 November 2015

Jawaban Ketika Mendengar Ayat Dalam Surat Ar-Rahman

Suatu hari Rasulullah menemui para sahabatnya dan membaca surat Ar-Rahman dr awal sampai akhir, tp para sahabat hanya terdiam saja.
Kemudian Rasululullah bersabda "klo aku membacakan surat Ar-Rahman ini pada para Jin, maka tiap aku sampai diayat

فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
[QS. Ar-Rahman: Ayat 13]

Maka mereka (jin) menjawab:

ﻻ ﺑﺸﻲﺀ ﻣﻦ ﻧﻌﻤﻚ - ﺭﺑﻨﺎ - ﻧﻜﺬﺏ ، ﻓﻠﻚ ﺍﻟﺤﻤﺪ

Tidak ada satupun dr nikmat-MU (Allah) Tuhan kami yang kami dustakan, maka segala puji hanyalah bagi-MU. (HR. At-Turmudzi)

#Tafsir Ibnu Katsir

(QS ar-Rah mân [55] ayat : 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77)

Para ulama menganalisis jumlah pengulangan ayat (31x) dan mengelompokkannya:
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat dalam kehidupan di dunia, antara lain nikmat pengajaran Al-Qur’an, pengajaran berekspresi, langit, bumi, matahari, lautan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Tujuh pertanyaan berkaitan dengan ancaman siksa neraka di akhirat nanti. Perlu diingat bahwa ancaman adalah bagian dari pemeliharaan dan pendidikan, serta merupakan salah satu nikmat Allah.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat yang diperoleh di surga pertama.
Delapan pertanyaan berhubungan dengan nikmat di surga kedua.
Dari hasil tersebut, para ulama menyusun semacam “rumus”, yaitu siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang disebutkan dalam rangkaian delapan pertanyaan pertama—syukur seperti makna yang dikemukakan di atas—maka ia akan selamat dari ketujuh pintu neraka yang disebut dalam ancaman dalam tujuh pertanyaan berikutnya. Sekaligus dia dapat memilih pintu-pintu mana saja dari kedelapan pintu surga, baik surga pertama maupun surga kedua, baik surga (kenikmatan duniawi) maupun kenikmatan ukhrawi.
Dengan demikian, repetisi pertanyaan di 31 ayat tersebut adalah renungan, nasihat dan peringatan bagi kita.
Namun, kiranya jarang sekali bahkan mungkin tak ada di antara kita yang merasa diri telah mendustakan nikmat yang telah dianugerahkan Allah.
Bisa juga terjadi, kita sudah merasa dan mengakui telah mendustakan nikmat Allah, namun hanya berupa tulisan dan perkataan, tak ada langkah kongkret yang kita lakukan 'tuk memperbaiki diri. Entah mengapa! Kondisi kita persis seperti sindiran umum, “Kalau cuma ngomong, anak TK pun bisa. Buktikan dong!”

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda

sorry-desi-glitters-2.gif