Kamis, 28 Juni 2012
Dalam mimpi. Seolah tuhan menjawab, “ saat kuciptakan wanita, aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulang kali ia menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa. Kepada wanita, kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih saying untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengatuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hari dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suaminya agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan akhirnya kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air ini adalah air mata kehidupan”
Selasa, 26 Juni 2012
Kamis, 21 Juni 2012
Sabtu, 09 Juni 2012
Al-Magfurlah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
استغفر الله ربّ البرايا # استتغفر الله من الخطا يا
ربّي زدني علما نافعا # ووفّقني عملا صالحا
يا رسول الله سلام عليك # يا رفيع الشان و الدرج
عطفة يا جيرة العالم # يا أهَيل الجود والكرم
Kelawan muji marang Pangeran
Kang paring rahmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan
Ojo mong ngaji Syare'at bloko
Gur pinter ndongeng, nulis lan moco
Tembe mburine bakal sengsoro
Akeh kang apal Qur'an haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe gag di gatekke
Yen isih kotor ati akale
Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto
Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhite
Baguse sangu mulyo matine
Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma'rifate
Ugo hakikot manjing rasane
Al-Qur'an Qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing njero dodo
Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu'jizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman
Kelawan Allah kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadhohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran
Kelawan konco dulur lan tonggo
kang podo rukun ojo ngasio
Iku sunahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito
Ayo nglakoni sakabehane
Allah kang bakal ngangkat derajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate
Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese
Pria:
Beredar sang bumi mengitari matahari
Wanita:
Merangkaikan waktu tahun-tahun berlalu
Duet:
Namun cintaku tak ‘kan pernah berubah
Masa demi masa
Kita berdua tak ‘kan pernah berpisah
Baur dalam cinta
Pria:
Berlayar bahtera mengharungi samudera
Wanita:
Mencapai tujuan nun di pantai harapan
Pria:
Badai dan gelombang yang datang merintang
Tak ‘kan merubah haluan cita-cita
Wanita:
Padamu nakhoda kutambatkan cinta
Bawalah daku ke pulau bahagia
Beredar sang bumi mengitari matahari
Wanita:
Merangkaikan waktu tahun-tahun berlalu
Duet:
Namun cintaku tak ‘kan pernah berubah
Masa demi masa
Kita berdua tak ‘kan pernah berpisah
Baur dalam cinta
Pria:
Berlayar bahtera mengharungi samudera
Wanita:
Mencapai tujuan nun di pantai harapan
Pria:
Badai dan gelombang yang datang merintang
Tak ‘kan merubah haluan cita-cita
Wanita:
Padamu nakhoda kutambatkan cinta
Bawalah daku ke pulau bahagia
Banyak bunga di taman cuma satu kupetik
Banyak anak perawan cuma Adik yang cantik
Banyak buah semangka dibawa dalam sampan
Banyak anak jejaka cuma Abang yang tampan
Berjuta bintang di langit
Satu yang bercahaya
Berjuta gadis yang cantik
Adiklah yang kucinta
Pandai Abang merayu, hatiku rasa malu
Rumah atapnya tinggi terbuat dari bambu
Cuma Adik kupilih dan yang selalu kurindu
Gunung puncaknya tinggi tertutup oleh salju
Memang Abang kupilih dan yang selalu kurindu
Senin, 04 Juni 2012
Minggu, 03 Juni 2012
Kisah (Roman) tentang citra cinta abadi ini diangkat dari kisah nyata seorang penyair arab pada masa Dinasti Umayyah. kisah Laila Majnun ini demikian terkenal sehingga banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa serta dikaji dan di kritik para pengamat dan ahli sastra dari berbagai bangsa dan bahasa dari masa ke masa hingga dewasa ini.
Penyair arab itu bernama Qais bin Muadz (dari Bani Amir), penduduk Nejd, Semenanjung Arabia. Menurut kisah yang telah berubah menjadi Legenda, Qais jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Laila dari kabilah yang sama. karena kecintaannya yang berlebihan, Qais diberi gelar "Majnun" yang artinya "Gila".
Para sejarawan berbeda pendapat tentang awal proses percintaan mereka. Sebahagian mengatakan bahwa mereka sudah saling mengenal sejak masa kanak-kanak, tatkala keduanya sama-sama mengembala ternak.
Adapula yang mengatakan bahwa suatu hari Qais berjalan melewati sekelompok gadis dan mengucapkan salam kepada mereka. Kemudian para gadis itu mengajak Qais untuk berbicara, hingga akhirnya Qais merasa tertarik kepada salah seorang dari mereka yang bernama Laila.
Versi lain mengatakan bahwa Qais adalah seorang pemuda yang menggemari wanita, sementara Laila Al-Amiriyah merupakan "Bunga" Kabilah-Nya, dia gadis paling cantik dan menawan. Kabar tentang kecantikan Laila pun sampai ke telinga Qais sehingga ia berusaha untuk bertemu dengannya. Kisah asmara pun dimulaisejak kejadian itu. Singkatnya cinta Qaispun terbalas, tidak bertepuk sebelah tangan.
Lama mereka memendam dan merahasiakan hubungan mereka kepada keluarganya masing-masing. akan tetapi sebagian dari masyarakat diam-diam mengamati hubungan keduanya, kemudian mempergunjingkan Laila dan Qais. hal itu tergambar dalam Syair-syair yang diungkapkan qais ;
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
waktu terus berjalan dan batu itu akan hancur,
berserak bagaikan pecahan kaca.
Begitulah cinta yang engkau bawa kepadaku.
Kini hatiku telah hancur binasa;
hingga orang-orang memanggilku Si Dungu yang suka menangis dan merintih.
Mereka mengatakan, aku telah tersesat.
Duhai,, manamungkin cinta akan menyesatkan.
Jiwa mereka sebenarnya kering;
laksana dedaunan diterpa panas mentari.
Bagiku, cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata.
Remaja manakah yang dapat selamat dari Api Cinta ???..
Ungkapan Qais itupun dijawab Laila dengan berkata :
Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian.
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia.
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita;
sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa
asmara tersimpan didam hati...
Hubungan cinta yang demikian mendalam antara Qais dan Laila akhirnya sampai juga kepada orangtua masing-masing yang ternyata tidak merestui hubungan mereka. Laila kemudian dipingit sedemikian rupa, dikurung, dilarang bertemu dengan Qais, kekesihnya. Sementara itu, Qais diancam keluarga Laila. Dalam hal ini Qais melantunkan puisinya:
Laila telah dikurung;
Dan orangtuanya mengancamku,
Dengan niat jahat lagi kejam.
Aku tidak dapat bertemu lagi.
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku;
Bukan karena apapun jua;
Hanya karena aku mencintai Laila.
Mereka menganggap cinta adalah dosa;
Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh hingga sirna.
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga telah merindukanku,
Cinta masuk kedalam sanubari tanpa kami undang.
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa kami.
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara yang telah melilit seluruh jiwa.
Kataknlah padaku, pemuda manakah yang bias bebas dari penyakit cinta ???..
Demikianlah kisah cinta mereka tidak sampai berakhir di pelaminan. Keluarga Laila menolak menikahkannya denga Qais. Laila dipaksa kawin dengan lelaki lain demi memuaskan keinginan ayahnya. Cinta kasih antara keduanya tidak menjadi padam, cinta keduanya terus bersemi dibawa sampai mati. Qais putera pimpinan sebuah kabilah yang sangat berpengaruh, disegani dan kaya raya, meninggalkan kemewahan duniawi, menuju penderitaan, kelaparan dan kesedihan. Ia menjalani sisa hidupnya dengan mengembara setengah telanjang ditengah gurun pasir dan perbukitan di Nejd sambil menyanyikan kecantikan buah hatinya dan merindukan pertemuan dengannya.
Betapa dahsyat kekuatan cintanya, hingga menyebabkan matanya buta, akalnya tumpul. Dan pikirannya kalut. …. Bersambung….