Penyejuk Hati on Facebook

Minggu, 03 Juni 2012

Kisah Qais dan Laila ( Laila - Majnun )


Kisah (Roman) tentang citra cinta abadi ini diangkat dari kisah nyata seorang penyair arab pada masa Dinasti Umayyah. kisah Laila Majnun ini demikian terkenal sehingga banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa serta dikaji dan di kritik para pengamat dan ahli sastra dari berbagai bangsa dan bahasa dari masa ke masa hingga dewasa ini.

Penyair arab itu bernama Qais bin Muadz (dari Bani Amir), penduduk Nejd, Semenanjung Arabia. Menurut kisah yang telah berubah menjadi Legenda, Qais jatuh cinta kepada seorang wanita bernama Laila dari kabilah yang sama. karena kecintaannya yang berlebihan, Qais diberi gelar "Majnun" yang artinya "Gila".
Para sejarawan berbeda pendapat tentang awal proses percintaan mereka. Sebahagian mengatakan bahwa mereka sudah saling mengenal sejak masa kanak-kanak, tatkala keduanya sama-sama mengembala ternak.

Adapula yang mengatakan bahwa suatu hari Qais berjalan melewati sekelompok gadis dan mengucapkan salam kepada mereka. Kemudian para gadis itu mengajak Qais untuk berbicara, hingga akhirnya Qais merasa tertarik kepada salah seorang dari mereka yang bernama Laila.

Versi lain mengatakan bahwa Qais adalah seorang pemuda yang menggemari wanita, sementara Laila Al-Amiriyah merupakan "Bunga" Kabilah-Nya, dia gadis paling cantik dan menawan. Kabar tentang kecantikan Laila pun sampai ke telinga Qais sehingga ia berusaha untuk bertemu dengannya. Kisah asmara pun dimulaisejak kejadian itu. Singkatnya cinta Qaispun terbalas, tidak bertepuk sebelah tangan.

Lama mereka memendam dan merahasiakan hubungan mereka kepada keluarganya masing-masing. akan tetapi sebagian dari masyarakat diam-diam mengamati hubungan keduanya, kemudian mempergunjingkan Laila dan Qais. hal itu tergambar dalam Syair-syair yang diungkapkan qais ;

Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan

waktu terus berjalan dan batu itu akan hancur,
berserak bagaikan pecahan kaca.
Begitulah cinta yang engkau bawa kepadaku.
Kini hatiku telah hancur binasa;
hingga orang-orang memanggilku Si Dungu yang suka menangis dan merintih.
Mereka mengatakan, aku telah tersesat.
Duhai,, manamungkin cinta akan menyesatkan.
Jiwa mereka sebenarnya kering;
laksana dedaunan diterpa panas mentari.
Bagiku, cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata.
Remaja manakah yang dapat selamat dari Api Cinta ???..

Ungkapan Qais itupun dijawab Laila dengan berkata :

Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian.
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia.
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita;
sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa
asmara tersimpan didam hati...

Hubungan cinta yang demikian mendalam antara Qais dan Laila akhirnya sampai juga kepada orangtua masing-masing yang ternyata tidak merestui hubungan mereka. Laila kemudian dipingit sedemikian rupa, dikurung, dilarang bertemu dengan Qais, kekesihnya. Sementara itu, Qais diancam keluarga Laila. Dalam hal ini Qais melantunkan puisinya:

Laila telah dikurung;

Dan orangtuanya mengancamku,

Dengan niat jahat lagi kejam.

Aku tidak dapat bertemu lagi.

Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku;

Bukan karena apapun jua;

Hanya karena aku mencintai Laila.

Mereka menganggap cinta adalah dosa;

Cinta bagi mereka adalah noda yang harus dibasuh hingga sirna.

Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya

Dan ia juga telah merindukanku,

Cinta masuk kedalam sanubari tanpa kami undang.

Ia bagai ilham dari langit yang menerobos dan bersemayam dalam jiwa kami.

Dan kini kami akan mati karena cinta asmara yang telah melilit seluruh jiwa.

Kataknlah padaku, pemuda manakah yang bias bebas dari penyakit cinta ???..

Demikianlah kisah cinta mereka tidak sampai berakhir di pelaminan. Keluarga Laila menolak menikahkannya denga Qais. Laila dipaksa kawin dengan lelaki lain demi memuaskan keinginan ayahnya. Cinta kasih antara keduanya tidak menjadi padam, cinta keduanya terus bersemi dibawa sampai mati. Qais putera pimpinan sebuah kabilah yang sangat berpengaruh, disegani dan kaya raya, meninggalkan kemewahan duniawi, menuju penderitaan, kelaparan dan kesedihan. Ia menjalani sisa hidupnya dengan mengembara setengah telanjang ditengah gurun pasir dan perbukitan di Nejd sambil menyanyikan kecantikan buah hatinya dan merindukan pertemuan dengannya.

Betapa dahsyat kekuatan cintanya, hingga menyebabkan matanya buta, akalnya tumpul. Dan pikirannya kalut. …. Bersambung….

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar anda

sorry-desi-glitters-2.gif